Penampakan Wakil Panglima OPM yang Tewas Ditembak di Papua Pegunungan
socialbali.com – Kabar tewasnya salah satu petinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) kembali menghebohkan jagat media sosial. Wakil Panglima TPNPB wilayah Kodap XVI Yahukimo, Numbunggua Telenggen, dilaporkan tewas dalam kontak tembak dengan aparat TNI-Polri di kawasan Papua Pegunungan, Selasa (5/8).
Foto-foto penampakan jasadnya yang berseragam loreng khas OPM tersebar luas di berbagai kanal informasi dan memicu perdebatan. Sebagian melihatnya sebagai bukti keberhasilan aparat dalam menjaga stabilitas keamanan, sementara yang lain menyoroti sisi kemanusiaan dan perlunya pendekatan damai di tanah Papua.
Apa yang sebenarnya terjadi di balik operasi ini? Siapa Numbunggua Telenggen dan mengapa sosoknya begitu penting dalam struktur OPM? Mari kita ulas lebih dalam.
Sosok Numbunggua Telenggen: Wakil Panglima yang Disegani
Nama Numbunggua Telenggen bukanlah nama asing dalam jaringan bersenjata OPM di wilayah Yahukimo. Ia dikenal sebagai tangan kanan dari Panglima Kodap XVI Yahukimo dan telah terlibat dalam berbagai aksi penyerangan terhadap aparat maupun warga sipil yang dianggap pro-NKRI.
Berdasarkan informasi dari Satgas Damai Cartenz 2024, Numbunggua aktif memimpin sejumlah operasi penyergapan dan pembakaran fasilitas umum di pegunungan Papua. Ia juga disebut memiliki jaringan logistik dan pengaruh militer yang cukup luas di kawasan pegunungan tengah.
Pihak keamanan sudah lama menempatkannya dalam daftar orang yang dicari. “Dia bukan orang biasa. Perannya strategis dalam mengatur pergerakan kelompok bersenjata. Keberhasilannya digantikan akan melemahkan logistik dan moral kelompok di wilayah Yahukimo,” ujar Kombes Faizal Rahmadani, Kasatgas Humas Damai Cartenz.
Kronologi Kontak Tembak di Distrik Seradala
Kontak senjata terjadi pada Selasa pagi (5/8/2025) di Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Menurut keterangan resmi, aparat gabungan TNI-Polri sedang melakukan patroli rutin saat menerima laporan intelijen soal keberadaan kelompok bersenjata yang tengah berkumpul di salah satu titik terpencil.
Begitu aparat mendekat, kelompok OPM diduga langsung melepaskan tembakan. Baku tembak pun tidak terelakkan. Dalam peristiwa ini, satu orang dinyatakan tewas di lokasi dan kemudian diidentifikasi sebagai Numbunggua Telenggen.
Selain jenazah, aparat juga mengamankan sejumlah barang bukti seperti senjata api, amunisi, dokumen OPM, dan bendera Bintang Kejora. “Semua sesuai prosedur. Kami menindak saat ada ancaman langsung terhadap keselamatan aparat,” jelas Faizal.
Penampakan Jasad Viral, Respons Publik Terbelah
Yang membuat kasus ini menjadi sorotan nasional adalah beredarnya foto-foto jasad Wakil Panglima OPM di media sosial. Dalam foto itu, terlihat tubuh berseragam loreng dengan simbol OPM tergeletak di hutan belantara, dikelilingi oleh aparat keamanan.
Sebagian netizen menanggapi dengan dukungan, memuji kerja keras aparat dalam menumpas jaringan separatis yang selama ini meresahkan. Namun, ada juga pihak yang menyayangkan penyebaran foto tersebut karena dianggap tidak etis dan bisa memicu ketegangan baru.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pun buka suara. Mereka meminta agar aparat dan media menahan diri dalam mendistribusikan konten yang bisa memperkeruh situasi. “Kami tidak dalam posisi menyalahkan siapa pun, tapi penyebaran foto jenazah patut dikaji dari aspek kemanusiaan dan etika publik,” ujar Anam, Komisioner Komnas HAM.
Situasi Keamanan di Papua Pegunungan Masih Tegang
Meskipun operasi penindakan ini dianggap berhasil oleh aparat, namun situasi di Papua Pegunungan belum sepenuhnya kondusif. TPNPB OPM melalui juru bicaranya mengklaim akan membalas kematian Wakil Panglima mereka dengan aksi lanjutan.
Masyarakat di sekitar Yahukimo pun kembali diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan. Sejumlah titik rawan dijaga ketat dan aktivitas warga dikabarkan menurun drastis pascakejadian ini. Sekolah dan fasilitas umum di beberapa distrik terpaksa ditutup sementara.
Pemerintah pusat melalui Menko Polhukam menegaskan bahwa pendekatan keamanan tetap diutamakan untuk meredam gangguan bersenjata, namun juga membuka ruang dialog dengan pihak-pihak yang memiliki komitmen damai.
Pendekatan Damai atau Operasi Militer, Mana yang Lebih Efektif?
Pertanyaan klasik pun kembali muncul ke permukaan: Apakah pendekatan militer masih relevan untuk Papua?
Pengamat keamanan dari LIPI, Adriana Elisabeth, menyatakan bahwa operasi militer bisa menimbulkan efek jangka pendek berupa penurunan serangan, tapi tidak menyelesaikan akar masalah. “Perlu ada ruang dialog, reformasi kebijakan pembangunan di Papua, dan pemberdayaan lokal. Kalau hanya respons militer, konflik akan terus berulang,” ujarnya.
Namun, dari sisi lain, pemerintah berdalih bahwa kelompok OPM kerap menolak dialog dan justru memperkuat struktur militer mereka. Maka dari itu, operasi seperti ini dianggap perlu sebagai penegakan hukum dan perlindungan masyarakat.